Tiga puluh lima menit kemudian, galeri lukis itu dikepung oleh polisi. Aira terduduk lemas di kasurnya ketika mendengar suara sirine mobil polisi. Sementara itu alunan instrument Kenny G di ruan Putera masih terdengar. Nampaknya Putera benar-benar menikmati kegiatannya dan Aira mensyukuri hal itu.
Kilasan-kilasan kenangan masa lalu berlarian di benak Aira. Tentang Putera dan dirinya. Kenangan-kenangan itu saling berkejar-kejaran di pikirannya. Aira mendengar pintu depan yang didobrak. Sebentar lagi polisi itu pasti sudah sampai di kamarnya.
Tak beberapa lama kemudian, seorang polisi pria membuka pintu kamarnya. Aira hanya menoleh dengan wajah tanpa ekspresi. Ia sudah pasrah, ia tak peduli apakah ia dan Putera akan dipenjara atau tidak. Ia hanya ingin Putera, kakaknya bisa kembali menjadi manusia normal. Ia sudah tak tahan lagi memiliki Kakak seorang psikopat.
“Pak Polisi. Terimakasih sudah datang,” ucap Aira sambil tersenyum paksa. Kemudian jatuh pingsan karena tekanan psikis yang sudah tak bisa ia tahan.
Trisensa Putra dan Aira Dita Cleranza adalah dua bersaudara. Mereka berdua memiliki minat di bidang seni. Putera di seni musik dan Aira di seni lukis. Namun, orangtua mereka memaksa Putera yang jenius untuk mengambil kuliah kedokteran dengan alasan agar kepintaran Putera tak sia-sia. Akhirnya, di usia 15 tahun, dengan kepintarannya Putera berhasil masuk universitas kedokteran.
Aira yang memiliki kemampuan akademik rata-rata diperbolehkan oleh orangtuanya untuk mengambil jurusan seni lukis saat kuliah. Hal ini membuat Putera yang sedang menyelesaikan kuliahnya merasa iri. Karena ia tak diberi kesempatan untuk memperdalam ilmu musiknya.
Ternyata hal ini menyebabkan Putera mengalami gangguan psikis, namun tak ada seorangpun yang menyadarinya, bahkan Putera sendiri. Hingga suatu hari, Putera yang sudah menjadi dokter bedah memutilasi orang tuanya sendiri setelah melukis wajah mereka. Putera mengancam akan melakukan hal yang sama pada Aira jika Aira tidak menutup mulut. Karena itulah Aira mengubah pribadinya, agar ia tetap bisa mendampingi Kakaknya walaupun dengan posisi sebagai sahabat. Bahkan, ia menanamkan pada dirinya sendiri bahwa ia tak memiliki sanak saudara dan hidup sendiri di Jakarta. Hal ini terkadang membuatnya lupa bahwa Putera adalah kakaknya dan membantunya untuk tak begitu ikut campur dalam urusan kehiduapn Putera.
Setelah mendalami dunia lukis di perkuliahan, Putera menjadi seorang maniak. Apapun yang menarik hatinya selalu ia lukis. Entah itu benda mati atau benda hidup. Lukisan yang ia buat memang bagus sampai bisa membuatnya menjadi pelukis terkenal. Namun, hal itu membuatnya menjadi seorang yang egois. Ia tak ingin ada benda lain yang menyaingi keindahan lukisannya, walaupun itu adalah objek sebenarnya yang ia contoh. Jika ia melukis benda mati, ia akan menghancurkan benda itu setelah ia melukisnya. Jika ia melukis benda hidup, ia akan membunuh benda itu setelah ia melukisnya. Oleh karena itu, setiap ia jatuh cinta pada wanita, ia akan melukis wanita lalu membunuhnya. Dengan kemampuannya sebagai dokter bedah, ia bisa memutilasi korbannya dengan rapi seraya mendengarkan musik instrumental Kenny G. Setelah ia melukis korbannya, ia akan memberika obat bius lalu memotong lengan, tungkai bawah, kepala dan pinggang korban lalu memasukkannya ke dalam plastik hitam yang besar dan menguburnya di halaman belakang galeri lukis tanpa diketahui siapapun selain Aira.
Sudah 22 lukisan wanita yang dibuat Putera, sesuai dengan jumlah korbannya. Aira sebenarnya tersiksa ketika mendengar alunan musik Kenny G karena ia tahu apa yang sedang dilakukan oleh Putera. Namun, ancaman Putera masih sering berdengung di telinganya. Hingga akhirnya ia disadarkan oleh mata bulat Hannah bersinar. Ia tak mau semakin banyak wanita menjadi korban Kakakknya. Sudah cukup, Kakaknya menjadikan Hannah sebagai penutup koleksi lukisan cintanya.
THE END
Baca juga :
24 Lukisan Cinta : Hannah *1
24 Lukisan Cinta : Hannah *2
24 Lukisan Cinta : Hannah *3
Kilasan-kilasan kenangan masa lalu berlarian di benak Aira. Tentang Putera dan dirinya. Kenangan-kenangan itu saling berkejar-kejaran di pikirannya. Aira mendengar pintu depan yang didobrak. Sebentar lagi polisi itu pasti sudah sampai di kamarnya.
Tak beberapa lama kemudian, seorang polisi pria membuka pintu kamarnya. Aira hanya menoleh dengan wajah tanpa ekspresi. Ia sudah pasrah, ia tak peduli apakah ia dan Putera akan dipenjara atau tidak. Ia hanya ingin Putera, kakaknya bisa kembali menjadi manusia normal. Ia sudah tak tahan lagi memiliki Kakak seorang psikopat.
“Pak Polisi. Terimakasih sudah datang,” ucap Aira sambil tersenyum paksa. Kemudian jatuh pingsan karena tekanan psikis yang sudah tak bisa ia tahan.
Trisensa Putra dan Aira Dita Cleranza adalah dua bersaudara. Mereka berdua memiliki minat di bidang seni. Putera di seni musik dan Aira di seni lukis. Namun, orangtua mereka memaksa Putera yang jenius untuk mengambil kuliah kedokteran dengan alasan agar kepintaran Putera tak sia-sia. Akhirnya, di usia 15 tahun, dengan kepintarannya Putera berhasil masuk universitas kedokteran.
Aira yang memiliki kemampuan akademik rata-rata diperbolehkan oleh orangtuanya untuk mengambil jurusan seni lukis saat kuliah. Hal ini membuat Putera yang sedang menyelesaikan kuliahnya merasa iri. Karena ia tak diberi kesempatan untuk memperdalam ilmu musiknya.
Ternyata hal ini menyebabkan Putera mengalami gangguan psikis, namun tak ada seorangpun yang menyadarinya, bahkan Putera sendiri. Hingga suatu hari, Putera yang sudah menjadi dokter bedah memutilasi orang tuanya sendiri setelah melukis wajah mereka. Putera mengancam akan melakukan hal yang sama pada Aira jika Aira tidak menutup mulut. Karena itulah Aira mengubah pribadinya, agar ia tetap bisa mendampingi Kakaknya walaupun dengan posisi sebagai sahabat. Bahkan, ia menanamkan pada dirinya sendiri bahwa ia tak memiliki sanak saudara dan hidup sendiri di Jakarta. Hal ini terkadang membuatnya lupa bahwa Putera adalah kakaknya dan membantunya untuk tak begitu ikut campur dalam urusan kehiduapn Putera.
Setelah mendalami dunia lukis di perkuliahan, Putera menjadi seorang maniak. Apapun yang menarik hatinya selalu ia lukis. Entah itu benda mati atau benda hidup. Lukisan yang ia buat memang bagus sampai bisa membuatnya menjadi pelukis terkenal. Namun, hal itu membuatnya menjadi seorang yang egois. Ia tak ingin ada benda lain yang menyaingi keindahan lukisannya, walaupun itu adalah objek sebenarnya yang ia contoh. Jika ia melukis benda mati, ia akan menghancurkan benda itu setelah ia melukisnya. Jika ia melukis benda hidup, ia akan membunuh benda itu setelah ia melukisnya. Oleh karena itu, setiap ia jatuh cinta pada wanita, ia akan melukis wanita lalu membunuhnya. Dengan kemampuannya sebagai dokter bedah, ia bisa memutilasi korbannya dengan rapi seraya mendengarkan musik instrumental Kenny G. Setelah ia melukis korbannya, ia akan memberika obat bius lalu memotong lengan, tungkai bawah, kepala dan pinggang korban lalu memasukkannya ke dalam plastik hitam yang besar dan menguburnya di halaman belakang galeri lukis tanpa diketahui siapapun selain Aira.
Sudah 22 lukisan wanita yang dibuat Putera, sesuai dengan jumlah korbannya. Aira sebenarnya tersiksa ketika mendengar alunan musik Kenny G karena ia tahu apa yang sedang dilakukan oleh Putera. Namun, ancaman Putera masih sering berdengung di telinganya. Hingga akhirnya ia disadarkan oleh mata bulat Hannah bersinar. Ia tak mau semakin banyak wanita menjadi korban Kakakknya. Sudah cukup, Kakaknya menjadikan Hannah sebagai penutup koleksi lukisan cintanya.
THE END
Baca juga :
24 Lukisan Cinta : Hannah *1
24 Lukisan Cinta : Hannah *2
24 Lukisan Cinta : Hannah *3
Komentar
Posting Komentar