"Aku mau aborsi," suaranya yang tenang seperti denting lonceng gereja. "Tuk." Alat itu jatuh dari tangan Bintang. Berguling-guling sebelum akhirnya terhenti di rumput. Pria berambut eboni itu menatap kekasihnya lekat-lekat. Baru saja Auri memperlihatkan dua garis di alat itu, sekarang ia meremas jantung Bintang dengan rencananya itu. "Ka... Kamu yakin, Ri?" Bintang tergagap. Ia cari-cari kegetiran pada sosok Auri. Namun wanita yang berdiri menghadap matahari itu, yang membiarkan cahaya keemasan menimpa rambut dan kulitnya itu, terlihat tegar. Sudut bibir kanan Auri sedikit terangkat, meringis "Tentu saja. Aku tidak mau merusak masa depanku hanya untuk jabang yang belum berbentuk."
Pada kemerlap itu aku bercerita tentang cinta.