Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2012

Tuhan Ada di Penjara

Derak, gemertak tiang-tiang tinggi Besi-besi yang menjulang kokoh berdiri bersisi-sisi Tuhan ada di sana Bersenandung dalam batasan bui Bersama KitabNya yang baru Penjara itu kelam dan suram Tak ada penghapus bekasnya Tuhan, manusia tinggalkan di sana Bersama jerat konstitusi, tuntutan pidana Tuhan berikan udara tak berbatas Tuhan kucurkan air adil sama rata Tapi manusia temukan Ia di sudut penjara Bersandar di dinginnya tembok-tembok bata Temukan Tuhan di penjara Bersama kristal bening di sudut mata Mereka minta pengurangan hukuman 7  Mei 2012

Cinta Maunya Kamu

Terus menguap. Nadiku mendaoatjan detaknya. Terus menguap. Paruku temukan nafasnya. Terus menguap. Hatiku temukan cintanya. Cintaku tergenang di kubang kecil itu. Tak mengalir ke hati yang lain, diam di kamu. Cintaku temukan muaranya di kamu. Tak terhambat. Tapi cintaku tertambat. Mengikatku dengan kamu, sangat kuat. Tak akan oernah berkarat. Cinta sudah menunjuk kamu. Kamu harus tetap hidup untukku. Karena cintaku egois dan cintaku maunya kamu.

Hari Ini Seperti Inilah

Dinginnya terkutuk Menusuk-nusuk sampai tulang rusuk Dan aku merutuk, terus merutuk Di tengah Indonesia yang terus terbatuk Terkekang korupsi, penjarahan, prostitusi dan berbagai sifat-sifat buruk Ahh... Dinginnya benar-benar Kali ini takkan lekang oleh pidato pejabat yang berkoar-koar Ingin rasanya kubungkus diri dengan bendera lebar Dingin, dingin, dingin Politik Indonesia juga dingin Rasa iba remaja juga mulai mendingin 18 nilai karakter bangsa beranjak runtuh dan luruh, lebih parah dari kemarin Hari ini seperti inilah Satu hari lagi Indonesia menghadapi banyak masalah Udara dingin di negeri ini membekukan darah Semoga pemuda-pemuda itu belum lelah Hari ini seperti inilah, Dinginnya sudah membuat aku lelah Negeri ini, kehilangan matahari merah Masalah bertambah parah dan parah Andai saja perasaan cinta bangsa bisa membuat tubuhku tegap lagi Bukannya membuatku terus merintih karena ngilu dan nyeri Terkepit, melihat dan memilih antara zaman dan sumpah pemuda

24 Lukisan Cinta : Hannah *4

Tiga puluh lima menit kemudian, galeri lukis itu dikepung oleh polisi. Aira terduduk lemas di kasurnya ketika mendengar suara sirine mobil polisi. Sementara itu alunan instrument Kenny G di ruan Putera masih terdengar. Nampaknya Putera benar-benar menikmati kegiatannya dan Aira mensyukuri hal itu. Kilasan-kilasan kenangan masa lalu berlarian di benak Aira. Tentang Putera dan dirinya. Kenangan-kenangan itu saling berkejar-kejaran di pikirannya. Aira mendengar pintu depan yang didobrak. Sebentar lagi polisi itu pasti sudah sampai di kamarnya. Tak beberapa lama kemudian, seorang polisi pria membuka pintu kamarnya. Aira hanya menoleh dengan wajah tanpa ekspresi. Ia sudah pasrah, ia tak peduli apakah ia dan Putera akan dipenjara atau tidak. Ia hanya ingin Putera, kakaknya bisa kembali menjadi manusia normal. Ia sudah tak tahan lagi memiliki Kakak seorang psikopat. “Pak Polisi. Terimakasih sudah datang,” ucap Aira sambil tersenyum paksa. Kemudian jatuh pingsan karena tekanan psikis yang s

24 Lukisan Cinta : Hannah *3

Dua minggu kemudian, Putera kembali. Tentu saja tidak sendiri, ia kembali bersama Hannah. Seperti yang sudah dijabarkan Putera, Hannah memang cantik, sangat cantik. Raditpun sampai terpesona dibuatnya. Matanya yang lebar dan rambut kecoklatannya yang lebat menjadi daya tarik yang begitu kuat. Sejenak setelah memandangi Hannah yang terbalut dress hijau muda, Radit menyadari betapa tidak beruntungnya menjadi gadis cantik di atas dunia yang ditinggali oleh Putera. Setelah berbasa-basi sejenak dengan Radit, Putera mengajak Hannah ke ruangannya. Tentu saja lukisan-lukisan wanita di ruangannya sudah ia simpan di tempat lain. Ruangan Putera terlihat kosong hanya dengan kasur, sofa kecil dan kanvas putih yang besar. “Radit, apa kau punya cat minyak cadangan?” seru Putera ketika ia menuruni tangga lagi. “Tii... tii... dak. Yang ada hanya cat yang sudah terpakai,” “Ah... Tolong temani Hannah, aku mau pergi membeli cat minyak dulu,” Radit memakai topi hitamnya. “Putera,” panggil Radit pelan.

24 Lukisan Cinta : Hannah *2

Putera memejamkan matanya, kamera analog ia letakkan di atas dada. Hannah menari-nari dalam benaknya. Gadis Lombok yang sudah mencuri hatinya. Hannah adalah gadis semampai dengan rambut yang agak kecoklatan. Ia gadis yang murah senyum. Putera tanpa sengaja bertemu pandang dengan mata hitamnya yang lebar di pinggir pantai Senggigi. Saat itu Hannah sedang membantu ibunya untuk berjualan aksesoris khas Lombok. Kalau toko ibunya sedang sepi, Hannah akan bermain bersama gadis-gadis lainnya di pinggir pantai. Berjalan-jalan di garis ombak atau mencari-cari kerang. Putera mengetahui nama Hannah setelah bertanya pada Ibunya. Semenjak saat itu, Putera betah berdiam diri di pantai dengan kacamata hitam dan kamera analog yang tersampir di bahunya. Sudah banyak pose Hannah yang ia abadikan. Putera terbangun dari tidurnya karena udara yang panas. Matahari terpancang tepat di atas bumi. Putera mengganti kaosnya. Dengan rambut yang masih acak-acakan, ia menuruni tangga dan menuju ruang utama galeri

24 Lukisan Cinta : Hannah *1

Putera menoleh sekali lagi ke arah pantai itu. Berharap ia bisa menemukan gadis bermata bulat yang sudah mencuri hatinya. Namun sia-sia. Pantai itu masih sepi di pagi buta seperti ini. Angin pantai yang dingin membuat Putra merapatkan jaketnya, ia harus segera pulang. Setelah menghembuskan nafas panjang kekecewaan, ia kembali ke hotelnya untuk berkemas-kemas. Pesawat akan membawanya kembali ke Jakarta tepat jam tujuh pagi. Ia berharap bisa kembali lebih siang. Namun, pamerannya tidak bisa menunggu lebih lama untuk segera dibuka. Putera mengalah pada jadwalnya yang sebagai pelukis terkenal. Ia masih harus menyelesaikan dua lukisan untuk pamerannya yang akan diadakan satu setengah bulan lagi. Sebenarnya, tujuannya ke Lombok adalah untuk mencari inspirasi. Ia tahu Lombok adalah pulau kecil dengan pesona pantainya yang luar biasa dan entah mengapa ingin sekali menggoreskan cat biru muda di atas kanvasnya. Ya, pantai. Seminggu yang lalu ia merasa rindu pada pantai. Pantai yang sebenarnya,

Sesumbar Malam

Sunyi, malam mengantuk. Menjarah bintang-bintang dari langit-Nya. Tertulis atas nama cinta. Aku ada karena-Nya. Bersama dengan jutaan aku yang lainnya. Tapi saat ini, hatiku terpaut kamu. Setelah keluar dari konstelasi-konstelasi rasi cinta-Nya. Aku tergandeng malam yang manis. Bercerita tentang apa itu cinta. hingga lembayung menariknya kembali, pergi ke sisi bumi yang lain. Bercerita lagi tentang cinta. Ah, kenapa tidak kita nikmati saja malam ini dalam diam. Bersama bintang-bintang di atas sana. Biarkan malam berjalan lambat, mati bosan. Agar udara ini tetap terbagi antara kau dan aku.

Sekarang Cinta

Tuhan bercerita melalui dunia Aku berlagu melalui kamu ... Siapapun pemilik satu tulang rusuk ini pada akhirnya Biarlah aku menjadi bagian hidupmu, saat ini Entah ada cukup ruang atau tidak Biarkan aku mengisi kosong igamu ... Sekarang Cinta

Mengenal cinta #part 3 (end)

Semuanya mengalir begitu saja. Namun, beberapa saat yang lalu, aliran itu terhenti. Entah aku yang menghentikannya dengan batu atau karena aliran itu sudah bertemu dengan debur ombak di muara sana. Aku tak tahu. Tepi pantai itu belum terlihat, tapi debur ombak itu ikut berdetak bersama jantungku. Aku terus berjalan dan berjalan. Mencari apa arti cinta itu sendiri.  Jika ia adalah masalah rasa, apa yang menjadi patokannya ? Tatap mata, senyum detak jantung ? Entah telah mencapai tujuannya atau belum, aku harap semua itu akan menjadi jalan bagikut untuk bisa menepi di renda pantai. Ya, cinta itu tentang resiko. Cinta itu tentang keberanian untuk memulai dan mengakhiri. \m/

Belum

Ketika tak kurasakan hangatmu Ingin ku berlari memeluk hujan Ketika tak kulihat matamu Ingin ku menghitung berapa banyak bintang di hatimu, hati kita Ketika kasihmu mulai berlaru Aku hanya bisa berharap kita seperti dulu lagi Matahari hanya ada satu Satu itu kita Cerita itu belum terjadi Namun semuanya telah terasa Belum... . Belum sanggup kepinganku Bercerita lagi