Ia terbangun karena sesak napas. Rasanya seperti seluruh udara dicabut dari paru-parunya. Tersedak, ia cepat-cepat bangun dari kasur. Mengangkat kepalanya dari bantal. Namun, itu membuat kepalanya terasa seperti mau meledak karena memaksa diri untuk bangun sebelum kesadarannya sepenuhnya terjaga. Matanya menatap seisi kamar. Gelap. Sebelum tidur tadi ia mematikan lampu. Lalu ia meraba-raba kasur dengan tangan dan kakinya, mencari kacamata. Tak ia temukan, ia memutuskan untuk bangun dan mencari saklar lampu. Begitu lampu menyala, ia kembali ke kenyataan. Kamarnya masih saja berantakan. Kabel dimana-mana. Cucian yang belum dilipat tergeletak di lantai. Pouch make-up nya ada di rak buku, kosong. Sementara isinya tersebar dimana-mana, di lantai. Ia melangkah pelan-pelan agar tidak menginjak kosmetik yang menghabiskan hampir sepertiga gajinya. Di ujung kasur, ia mengambil botol minum. Meminum dua teguk air untuk membasahi kerongkongannya yang kering seperti gurun. Air it