Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2013

CUNG, CLEM & SEK

"Tuk" ~Notifikasi pesan masuk~ from Manclem :p [08579298xxxx] Ritual suci tidur siangku terputus oleh nada notifikasi itu. "Sek, ntar sore kita ke rumahmu sama Vanti :3 kangen." Sembilan kata dan satu emoticon muncul di layar android tipis berwarna putih. Sejenis handphone branded Korea yang sangat tenar dimasanya. Tak lama, sms serupa masuk dari Cung. Sebuah pemberitahuan kalau dua orang ini akan bertandang ke rumahku sore nanti. Kantukku lansung menguap bak embun yang menghilang karena hangatnya matahari. Segera aku mengirimkan pesan balasan yang berisikan kebaikan hatiku untuk menerima mereka di rumahku. ... Pernahkan kalian menyukai seseorang sejak pertemuan pertama? Tapi maksudku bukan seseorang untuk dijadikan pacar. Ini lebih dari pacar atau lawan jenis yang menyatakan cinta pada kalian. Yang aku maksud adalah 'pernahkan kalian bertemu seseorang yang membuat hati kalian mengatakan kalau dia akan menjadi sahabat baik kalian? Sungguh berun

KALO JATUH GAK PERAWAN !!!

Di suatu sore menjelang senja, aku lagi pemanasan sebelum lari. Mulai dari gerak-gerakin kepala, tangan, meregangkan pinggang dan terakhir angkat kaki. Tak lupa sesekali ikut bernyanyi bersama Broery Marantika  ~~~ di suatu senja dimusim yanggg lalu~~~  *ada yang tau ini tahun berapa?*... "HUP!" tiba-tiba keseimbangan kaki kiriku oleng. "KALAU JATUH GAK PERAWAN!!" Suara tiga puluh satu orang itu tiba-tiba terngiang di kepalaku. Cepat-cepat aku mengembalikan keseimbangan agar kaki kananku tak menjejak tanah apalagi sampai membuat jatuh.

The Power of Deadline

Tulisan ceracau ini berawal dari insomniaku yang semakin akut dari hari ke hari. Bertambah parah setiap kali aku mengingat kalau dua belas hari lagi aku akan meninggalkan ruang merah muda ini, demi menyandang gelar S.ST di ibukota sana. Kepalaku terus menerus memberikan peringatan agar aku menghabiskan waktu sebanyak mungkin dengan ruangan selama sepuluh tahun terakhir ini, memintaku untuk menghirup setiap partikel udara hangat di ruang ini, memintaku untuk memandang kembali coretan-coretan dan cat yang terkelupas akibat tempelan poster. Dan bagaimana bisa mataku terpejam saat aku tengah menjalankan perintah aneh dari kepalaku itu? Jadilah aku terbangun, menelusuri satu persatu buku-buku yang berdiri tegak di rak. Hingga akhirnya mataku menumbuk sebuah buku antologi cerpen Bicaralah Cintaku. Otomatis, pikiranku lansung tertuju pada sebuah halaman. 107. Dan kutemukanlah judul sebuah cerpen di sana, Melodi untuk Nada . Melodi untuk Nada, cerpen bertemakan cinta, disabilitas dan ke