Dua minggu kemudian, Putera kembali. Tentu saja tidak sendiri, ia kembali bersama Hannah. Seperti yang sudah dijabarkan Putera, Hannah memang cantik, sangat cantik. Raditpun sampai terpesona dibuatnya. Matanya yang lebar dan rambut kecoklatannya yang lebat menjadi daya tarik yang begitu kuat. Sejenak setelah memandangi Hannah yang terbalut dress hijau muda, Radit menyadari betapa tidak beruntungnya menjadi gadis cantik di atas dunia yang ditinggali oleh Putera. Setelah berbasa-basi sejenak dengan Radit, Putera mengajak Hannah ke ruangannya. Tentu saja lukisan-lukisan wanita di ruangannya sudah ia simpan di tempat lain. Ruangan Putera terlihat kosong hanya dengan kasur, sofa kecil dan kanvas putih yang besar. “Radit, apa kau punya cat minyak cadangan?” seru Putera ketika ia menuruni tangga lagi. “Tii... tii... dak. Yang ada hanya cat yang sudah terpakai,” “Ah... Tolong temani Hannah, aku mau pergi membeli cat minyak dulu,” Radit memakai topi hitamnya. “Putera,” panggil Radit pelan.