Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

ADOLESCENSE [1]

“Hingga akhirnya aku memahami apa makna dari firasat ini. Bersama dengan angin yang berpulang pada senja, air mataku mengering. Meninggalkan rasa garam di bibir, yang membuat semakin pedih luka di hati.Bagian yang hilang di sana, pergi bersama Bunda.” Dia membaca paragraf terakhir cerpen itu dengan suara rendahnya, lalu cokelat pupilnya menatapku. “Terimakasih ya, ceritanya bagus.” Aku hanya bisa tersenyum tipis, amat tipis hingga mungkin ia tidak menyadarinya. “Iya.” Pria di depanku itu menghela panjang nafasnya, lalu tersenyum canggung. “Maaf ya, sudah merepotkanmu. Kapan-kapan aku traktir ya.” Aku hanya mengangguk pelan sebelum akhirnya dia menghadapkan punggungnya ke arahku, lalu berjalan ke arah kelasnya. Meninggalkan hatiku dalam keadaan ritmenya yang kacau. Beginikah cara cinta mempermainkan hati manusia? Dengan degup-degup tak karuan dan tanpa jaminan yang dicinta merasakan hal yang sama. Ah, aku meletakkan punggung tanganku di pipi, hangat. Cinta juga bisa membuat orang