"Tuk" ~Notifikasi pesan masuk~ from Manclem :p [08579298xxxx]
Ritual suci tidur siangku terputus oleh nada notifikasi itu.
"Sek, ntar sore kita ke rumahmu sama Vanti :3 kangen."
Sembilan kata dan satu emoticon muncul di layar android tipis berwarna putih. Sejenis handphone branded Korea yang sangat tenar dimasanya.
Tak lama, sms serupa masuk dari Cung. Sebuah pemberitahuan kalau dua orang ini akan bertandang ke rumahku sore nanti. Kantukku lansung menguap bak embun yang menghilang karena hangatnya matahari. Segera aku mengirimkan pesan balasan yang berisikan kebaikan hatiku untuk menerima mereka di rumahku.
...
Pernahkan kalian menyukai seseorang sejak pertemuan pertama? Tapi maksudku bukan seseorang untuk dijadikan pacar. Ini lebih dari pacar atau lawan jenis yang menyatakan cinta pada kalian. Yang aku maksud adalah 'pernahkan kalian bertemu seseorang yang membuat hati kalian mengatakan kalau dia akan menjadi sahabat baik kalian?
Sungguh beruntung bagi siapa saja yang pernah merasakan hal itu dan ternyata hati kalian tidak salah memilih. Ya, seperti aku... Setelah semesta mendekatkan kami, hatiku terbuka begitu saja untuk mereka. Dan hatiku telah terbuka untuk orang-orang yang tepat, karena mereka adalah orang-orang yang tak akan kulepas begitu saja. :')
Cung & Clem, dua dari sekian banyak sahabat-sahabatku selama ini. *sahabat lo ya, bukan teman :3*
Dua orang yang lebih banyak memberikan tawa daripada duka. Dua orang yang lebih banyak membawa putih ketimbang hitam. Dua orang... Dua orang yang akan membuat orang lain sangat beruntung jika bersahabat dengan mereka. *mereka juga beruntung bersahabat denganku* Dua orang yang telah menjadi penggores rasa super manis di hidupku. *eaaa* Mungkin terdengar berlebihan, tapi begitulah adanya.
Jadi, empat tahun yang lalu, pertengahan 2009 tepatnya, semesta mempertemukan kami atas nama eksakta. Ya, kami... Vanti, Ika dan aku. Vanti dengan hapalan-hapalan biologi di kepalanya, Ika dengan rumus-rumus matematika di kepalanya, pun aku, datang atas nama fisika. Kami semua bertemu sebagai perwakilan olimpiade dari Kabupaten kami. Sebenarnya saat itu ada beberapa orang lagi yang ikut serta, namun kisah kali ini hanya akan membahas kami bertiga. *maaf ya kawan* :)
Sebelum sampai di asrama, kami dan kawan-kawan lainnya singgah dulu di sebuah tempat makan. Kala itu, masih lekat di kepalaku bagaimana malu-malu kami lebih dari kucing. Makan diam-diaman, minum diam-diaman. Hanya ada lontaran basa-basi yang hanya mampu memecah beberapa detik keheningan. Saat itu, aku pun menahan diri agar cerewet ini tak keluar. Dan akhirnya... aku tidak tahan lagi! Aku sudah tidak sanggup lagi menahan brondongan kalimat-kalimat yang sudah menggumpal di ujung lidahku, menunggu untuk diucapkan. Jadi aku pecahkan suasana kaku yang sudah menyerupai rapat para intel. Dan tak beberapa lama kemudian, kami bertingkah seakan-akan kami adalah pemilik tempat makan itu. Tertawa-tertiwi, saling berebut kesempatan untuk berbicara, karena dua orang ini cerewetnya sebanding denganku. Saat itulah, saat perbincangan pertama kami, aku merasa semesta punya banyak alasan baik untuk mempertemukan kami bertiga, :)
Pertemuan awal kami menyisakan begitu banyak kenangan suka. Bagaimana kami memiliki bayangan yang sama ketika melihat bathtub yang mirip seperti apa yang ada di film-film horror. Sehingga saat ada salah satu di antara kami yang masuk ruang untuk membersihkan diri itu, kami akan mematikan lampu dan membiarkan sang korban menjerit-jerit karena delusi yang tak tertahankan. Pun saat aku jadi korban kepaparazzian mereka, memotret pose tidurku. Katanya aku benar-benar serampangan karena bisa tertidur pulas di antara makanan-makanan ringan, kabel-kabel dan buku-buku fisika. Tapi menurutku itu wajar-wajar saja, karena siapa sih yang tidak tahan untuk segera merebahkan diri setelah berkencan dengan Newton dan rumus-rumusnya? Dan aku hanya bisa bersabar saat tau si Vanti menyebarkan foto itu ke kawan-kawannya di SMP. *pukpukpuk* Aku juga masih ingat saat si Ika memberikan dakwah singkatnya tentang kerudung pada Vanti. Alhamdulillah Vanti sudah berjilbab sekarang, :')
Tak hanya itu, aku sempat heran pada pola pikir kami. Jika biasanya para perempuan bertengkar, saling cakar, saling tendang, saling serang dan saling tukar tindak-tanduk menyeramkan lainnya, jika menyukai pria yang sama. Kami bertiga, walaupun menyukai pria yang sama sejak 4 tahun yg lalu hingga sekarang kami tetap saling sayang, saling peluk, tertawa bersama walaupun terkadang ada keributan-keributan tak masuk akal hanya karena membahas pria itu. *pria ini akan aku bahas di postingan selanjutnya, karena tidak akan ada habisnya kata-kataku untuk menceritakan dia* :D
Satu tahun bersahabat dengan metode LDR-an, kami memiliki kesempatan untuk bersekolah di SMA yang sama. Ya, kami mengikuti tes masuk di SMA yang sama. Dan kami bertiga lulus! *horray* Tapi ternyata kebersamaan tidak terjadi karena si Ika memilih untuk melanjutkan pendidikan di salah satu SMA di kota Mataram. Dan yahh, LDR pun berlanjut walau tidak seberat kala SMP. Karena dua tahun pertama di SMA aku duduk di sebelah Vanti. Saling menjahili bersama. Sesekali berdebat ttg si pria tanpa Ika.
Oh ya, beberapa saat setelah SMA, kamipun mulai memanggil satu sama lain dengan sebutan-sebutan khusus. Misalnya :
Vanti dengan sebutan Cung karena panjang hidungnya yang melebihi standar, kadang-kadang Ika memanggil dia onta (sejenis hewan gurun yang berpunuk :p) karena wajah si Cung yang sok arab-arab an. Cung ini pecinta alam. Dia sudah dua atau tiga kali ya (lupaa -__-) ndaki Rinjani. Dia juga hobi mengunjungi air terjun-air terjun yang menurutku tidak menarik karena dimana-mana air itu sama (red : sama-sama mengalir ke bawah).
Lalu Ika yang kami panggil dengan sebutan Manclem dan disingkat Clem karena alasan kepraktisan. Clem ini melekat di dia karena hidungnya yang mendlesep dan hampir rata dengan pipinya. Walaupun sekolah di Mataram, dia sering menyempatkan waktunya untuk mengunjungi kami. Walaupun seringnya terkadang datang karena butuh sesuatu dari kami. XD Aku dan Cung sempat khawatir setelah kalau dia akan menjadi orang yang seriusan karena sekolah di Mataram. Ternyata tidak! Dia menjadi semakin aneh dengan istilah-istilah aneh yang dibawanya dari kota. XD
Dan aku, aku dipanggil pesek. Yaah, aku tau mereka berdua pasti iri dengan bentuk hidungku yang mungil dan membuatku cantik jelita ini. Karena itu mereka sengaja memanggilku dengan sebutan sek. :p
Jadi jangan heran jika kami saling menyapa dengan sebutan masing-masing. Yaa, mungkin itu juga yang membuat kami semakin dekat. :)
Sebenarnya masih ada banyaakkk hal tentang kami bertiga yang ingin aku tulis. Tapi berhubung aku penulis baik hati yang tidak pembacanya menjadi tidak waras karena membaca kisah-kisah kami, *lihat saja tulisanku yang semakin ke bawah semakin kacau XD * aku tidak akan menulis semuanya. Yang terpenting adalah kalian paham betapa indahnya mendapatkan sahabat (dua sekaligus) yang dikirim semesta padamu, gratiss lagi!
...
Sore tadi, disaksikan oleh senja yang turun dengan semburat merah muda. Setelah kami senyum-senyuman dengan seorang bule dari Jerman (tak bisa saling menyapa karena Clem tak ingat bahasa jermannya selamat sore -__-), kami menyadari sesuatu. Yaa, this is farewell. Kami menghadapi perpisahan lagi, perpisahan yang lebih berat karena harus lintas provinsi untuk saling bertemu. Gegara kami kuliah di tempat yang berbeda-beda. Cung di UII Jogja - tehnik lingkungan (setelah dia begitu berambisi masuk jurusan kehutanan), Clem di poltekkes Mataram - analis kesehatan (setelah melepas keinginannya menjadi dokter dan perancang jalan raya, semoga bisa menjadi angkatan ke 56 STIS d tahun depan, :D ) dan aku di STIS Jkt Timur.
Yaah, tentu saja berat untuk kembali berpisah. Tapi aku mencoba untuk tegar dan menggunakan banyak cara untuk tetap terhubung bersama mereka. Apa gunanya kantor pos dan burung merpati kalau tidak untuk kirim surat? Betul tidak? *2013, woyyy!*
Well, see u next year, sisters. :') Mari bertemu kembali dengan cerita-cerita lucu dari anak-anak kuliahan di tahun depan. :)
Big hug for Cung & Clem . *sroot - lap air mata*
Komentar
Posting Komentar